VIVA BOLA –Â Mauricio Pochettino secara luas dipuji sebagai pelatih dengan tangan magis setelah mengangkat Tottenham Hotspur ke level elite sepakbola Inggris yang mapan dan mengilhami catatan yang seolah masih menjadi mimpi ke final Liga Champions musim lalu.
Di musim keenamnya di klub London utara, keajaiban pelatih asal Argentina ini akhirnya hilang. Pochettino dipecat oleh Tottenham pada hari Selasa, sebuah langkah yang tiba-tiba namun mungkin tak terhindarkan dengan sederet ketidakpuasan yang tampak dari para fans.
“Kami sangat enggan untuk melakukan perubahan ini,” kata Chairman Tottenham Daniel Levy, yang hubungannya dengan Pochettino tampak tegang dalam beberapa tahun terakhir karena keduanya telah berselisih mengenai pengeluaran dalam hal transfer, “dan ini bukan keputusan yang diambil dengan ringan, atau dengan tergesa-gesa. ”
Kita semua tahu Pochettino adalah salah satu manajer yang paling dicari di sepak bola dunia, setelah mengubah Tottenham menjadi penantang gelar di Premier League dan membimbing tim tersebut ke final Liga Champions musim lalu – sebuah prestasi luar biasa yang tetap menonjol dari pencapaian 5½ tahunnya di London Utara.
Namun kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam hasil positif di front domestik yang telah melihat Spurs menang pada hanya enam dari 24 pertandingan Premier League terakhir mereka sejak Februari, periode yang kembali ke akhir musim lalu terus menjadi masalah.
Dengan tim yang saat ini berada di tempat ke-14 di liga yang berisi 20-tim dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, Levy akhirnya terpaksa bergerak. “Hasil domestik yang disesalkan di akhir musim lalu dan awal musim ini sangat mengecewakan,” kata Levy.
“Adalah tanggung jawab para dewan klub untuk membuat keputusan sulit – yang ini dibuat lebih berart mengingat banyak momen kenangan yang kita miliki dengan Mauricio dan staf pelatihnya – tetapi kami harus melakukannya demi kepentingan terbaik klub.”
Pochettino pergi tanpa memenangkan trofi sebagai manajer Tottenham, satu-satunya noda pada prioder jabatan yang brilian di mana ia harus berjuang melawan tim-tim terbesar di Eropa sambil bekerja di bawah kendala keuangan yang ketat ketika Spurs bersiap untuk pindah ke stadion baru.
